01.43
By
Unknown
0
komentar
Budaya
Gotong Royong Dalam Masyarakat
Budaya Gotong Royong
Gotong royong adalah salah satu
budaya bangsa yang membuat Indonesia, dipuji oleh bangsa lain karena budayanya
yang unik dan penuh toleransi antar sesama manusia.Ini juga merupakan salah satu
faktor yang membuat Indonesia bisa bersatu dari Sabang hingga Merauke, walaupun
berbeda agama, suku dan warna kulit.bangsa Indonesia salah
staunya adalah gotong royong, kita mengetahui bahwa modernisasi dan globalisasi
melahirkan corak kehidupan yang sangat kompleks, hal ini seharusnya jangan
sampai membuat bangsa Indonesia kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang
kaya akan unsur budaya. Akan tetapi dengan semakin derasnya arus globalisasi
mau tidak mau kepribadian tersebut akan terpengaruh oleh kebudayaan asaing yang
lebih mementingkan individualisme.Sesungguhnya budaya gotong-royong merupakan
kekuatan besar budaya masyarakat yang perlu dikembangkan terus di negeri ini”.
Pada hari sabtu,tanggal 13 februari
2016,Di Desa Wanadadi rt 03/02 Kec.Buayan Kab. Kebumen sedang melakukan gotong
royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.Kaum pria sibuk mengaduk
semen dan pasir, menyiapkan batu bata, kayu dan paku-paku.Ada juga beberapa
pria yang membersihkan lahan. Sebelum dibersihkan, lahan itu diratakan dulu.
Kaum wanita, ibu-ibu, menyiapkan makanan, kopi dan teh. Semua sibuk mengambil
bagian dalam pekerjaan itu di daerah perbukitan suatu kampung bernama Kampung
Bukit, di kawasan Rumbai, tidak jauh jauh dari kota Pekanbaru. Tidak ada orang
yang ngobrol atau pun berlagak seperti bos yang pekerjaannya hanya memerintah.
Semua orang yang hadir ambil bagian dalam pekerjaan itu. Setiap individu
mungkin merasa risih bila tidak turut berpartisipasi. Mereka semua memiliki
perasaan ingin melayani, dan ingin meringankan beban sesama warga. Mereka
bersama-sama mendirikan rumah bagi seorang warga di desa mereka. Budaya
gotong-royong sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari.Sangat
ironis bila sekelompok orang mendirikan yayasan dengan tujuan dan misi mulia,
kemudian yayasan menerima sumbangan dalam jumlah besar dari berbagai pihak,
tetapi dana yayasan hanya digunakan untuk makan bersama, pesta, tour dan
berbagai kegiatan konsumtif lainnya, sedangkan ketika ada warga atau kelompok
masyarakat membutuhkan pertolongan, yayasan tidak dapat berbuat apapun karena
dana yayasan sudah dihabiskan untuk kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan
dan misi yayasan. Walaupun suatu yayasan hanya memiliki dana sedikit, tetapi
dana itu digunakan dengan optimal untuk kepentingan pelayanan masyarakat, maka
yayasan telah berjalan pada jalur yang tepat.
Bagaimanakah sikap kita sebagai
anggota pengurus suatu yayasan? Apakah cukup memberi uang untuk yayasan, lalu
membiarkan yayasan berjalan begitu saja diurus oleh teman-teman lainnya?
Sebagai anggota pengurus suatu yayasan sebaiknya kita menanamkan prinsip
melayani, prinsip gotong- royong di dalam diri kita masing-masing. Yayasan
dapat diarahkan agar mampu melihat kebutuhan masyarakat dan melayani serta
mengembangkan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Kita bisa
mengembangkan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih cerdas (smart community).
Budaya gotong- royong tidak berarti
harus selalu melakukan hal-hal besar bagi masyarakat. Dengan melakukan kegiatan
sederhana pun, seperti membagikan pakaian bekas kepada masyarakat yang membutuhkan,
melakukan pembersihan lingkungan, mendorong terciptanya kerjasama antar warga
dan menanam pohon, yayasan telah melakukan pelayanan yang baik bagi masyarakat.
Sikap melayani itu tidak hanya
kepada masyarakat umum, tetapi juga antar sesama pengurus yayasan. Kita tidak
harus menjabat posisi ketua dalam suatu yayasan agar dapat turut melayani,
walaupun sebagai anggota pengurus biasa, kita dapat menunjukkan sikap
gotonroyong dengan berpartisipasi menyampaikan ide, berkomentar dalam diskusi
bersama, menyampaikan kritik bila terjadi penyimpangan dalam kegiatan yayasan,
menolong teman yang sedang sibuk dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh
yayasan, dan membantu meringankan beban teman yang sedang melakukan hal-hal
sederhana lainnya untuk yayasan. Ciptakan dan kembangkanlah budaya gotong-
royong dalam organisasi atau yayasan yang sedang Anda bangun bersama
teman-teman
Masyarakat Desa Penjaga Terakhir
Semangat Gotong Royong Pancasila
Dalam Pidatonya, Ir. Soekarno yang
lebih kita kenal dengan panggilan Bung Karno, menyampaikan bahwa dasar
Indonesia merdeka adalah (1) kebangsaan, (2) internasionalisme, (3)
mufakat, (4) kesejahteraan, dan (5) ketuhanan. Dan lima bilangan tersebut
dinamakan Pancasila. Sila artinya “asas” atau “dasar”, dan di atas kelima dasar
itulah Indonesia berdiri menjadi Negara yang kekal dan abadi.
Pancasila adalah Gotong RoyongBung Karno menyampaikan, lima sila boleh diperas sehingga
tinggal 3 saja, yaitu (1) Sosio-nasionalisme, (2) Sosio-demokrasi, dan (3)
Ketuhanan. Dan jika diperas yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu,
maka dapatlah satu perkataan, Indonesia yang tulen, yaitu perkataan
“gotong-royong”. Alangkah hebatnya! Negara Gotong-Royong!
“Gotong-royong” adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”.
“Gotong-royong” adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”.
Membangun Peradaban BangsaMembangun peradaban sebuah bangsa harus dilakukan
dengan membangun budi pekerti serta membangkitkan semangat
kebersamaan. Seperti yang telah dilakukan oleh para agamawan dan tokoh-tokoh
generasi pendiri NKRI. Menurut Bung Karno, Indonesia bila ingin kembali berjaya
seperti Sriwijaya dan Majapahit tidak bisa hanya dilakukan oleh satu
golongan saja, tetapi harus dilakukan secara bersama oleh semua komponen bangsa
dengan melibatkan masyarakat.
Nilai-nilai dasar Pancasila sangat
penting untuk selalu dimaknai kembali, karena generasi di masa mendatang belum
tentu bisa menghayati Pancasila sebagai perekat dasar yang mempersatukan
Indonesia.
Gotong Royong yang sudah
TerpinggirkanIndonesia merdeka karena adanya
semangat gotong royong, kebersamaan dan bahu membahu. Setelah reformasi
semangat tersebut seperti agak ditinggalkan. Salah satu penyebabnya adalah
penggunaan uang atau dana sebagai tolok ukur yang cukup untuk partsipasi dalam
kegiatan kemasyarakatan.
Di beberapa desa bahkan secara nyata
uang menjadi perusak semangat gotong royong warga desa. Kehadiran dalam sebuah
kebersamaan pun terkadang diwakili dengan uang. Tidak hadir ronda cukup bayar
denda. Tidak hadir dalam pertemuan cukup titip uang iuran. Tidak ikut kerja
bakti cukup memberi sumbangan.
Program pemerintah dengan bantuan
beras miskin (raskin) yang kurang tepat sasaran dan dilaksanakan tanpa
sebuah kebijaksanaan dalam permusyawaratan telah menjadikan alasan beberapa
kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan raskin, sedang mereka merasa miskin,
akhirnya tidak mau lagi ikut kerja bakti. ”Mereka yang dapat raskin aja yang
suruh kerja bakti,” katanya.Dalam banyak peristiwa terorisme akhir-akhir ini
salah satu penyebab tidak berjalannya pengawasan masyarakat adalah sudah mulai
lunturnya semangat gorong royong. Dengan kurangnya semangat gotong royong, maka
masyarakat menjadi tidak peka terhadap sesuatu yang terjadi di lingkungannya.
Gotong royong adalah pola pertahanan terbaik dalam masyarakat, gotong royong
mampu menjadi alat komunikasi yang efektif.
0 komentar: